Laman

Selasa, 21 Agustus 2012

sepenggal kisah di tanah rantau

alhamduillah ramadhan sudah dilalui, semoga semua amal ibadah yang dilakukan diterima Allah, dan semoga dipertemukan lagi dengan ramadhan tahun depan dan bisa jauh lebih dapat memaksimalkan ibadah dibanding tahun ini..

dan selamat hari raya idul fitri 1433H, mohon maaf lahir dan batin. minal aidzin wal faizin..

ramadhan dan idul fitri tahun ini terasa sangaaaat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. tahun ini saya ramadhan di tanah rantau, tahun-tahun sebelumnya juga sama sih. yang bikin beda, saya full gak pulang sampai ramadhan berakhir, biasanya saya pulang seminggu atau 2 minggu sebelum lebaran. ditambah saya sekarang ramadhan bersama suami. alhamdulillah banyak pelajaran dan hikmah di ramadhan ini. kalau dulu saat saya gak shaum, saya bisa tidur bablas, kalo sekarang walau gak shaum saya mesti bangun sahur dan menyiapkan makan sahur untuk suami. subhanallah, jadi keingetan ibu di rumah yang selalu cekatan menyiapkan makan sahur dari pagi buta, saat semua anak dan suaminya masih tidur terlelap.

beberapa hari jelang ramadhan saya mengalami depresi yang luar biasa. seharian saya uring-uringan, suami saya marahi,saya larang dia tidur (fyi, suami tipe orang pelor.. nempel kasur langsung molor). malam harinya saya super kesal dengan suami, akhirnya pintu kamar saya tutup keras dan saya kunci. suami yang tadinya ketiduran di ruang tamu, terbangun dan panik melihat saya marah. akhirnya dia merayu saya, saya buka pintu tapi saya diam menangis. lama-lama saya berhenti menangis dan cerita saya marah karena dia ketiduran, selesai bercerita saya bukan merasa lega malah bertambah rasa kesal dan marah. sepertinya masih ada yang mengganjal di hati saya.. lalu saya lanjut menangis, kali ini saya menangis seperti anak kecil, meraung-raung sambil memikirkan kenapa dengan perasaan saya.

setelah lama menangis, suami saya dengan sabar mengelus punggung saya, menenangkan saya. akhirnya mengalir semua emosi saya lewat kata-kata dengan sendirinya. saya ternyata depresi dengan perubahan yang sangat besar. biasanya saya dapat berkumpul dengan keluarga setiap lebaran, sekarang saya harus berdua dengan suami saja. saya merasa kesepian, merasa sendiri, merasa tidak berdaya. lalu permasalahan mengenai momongan, ternyata jauh di dasar hati saya, apa yang dikatakan seseorang yang membuat saya sakit hati masih membekas.

sebenarnya dari awal saya menikah saya sudah memikirkan konsekuensi yang harus saya hadapi. tentang intensitas waktu saya dengan keluarga, sahabat, permasalahan-permasalahan kecil lainnya. otak saya sudah menyetel bahwa semua baik-baik saja, semua dapat saya lewati dengan baik, dan semua dapat saya kontrol dengan total. namun ternyata ada hal-hal yang tidak dapat dikontrol oleh pikiran, masih ada hati yang menguasai semuanya. tapi, alhamdulillah sekali saya memiliki partner hidup yang luar biasa sabar menghadapi saya, dan mampu menguatkan saya dalam kondisi terlemah sekalipun.

sungguh ini ramadhan dan idul fitri terberat bagi saya.. idul fitri tanpa orangtua, keluarga, dan kerabat di tanah rantau. subhanallah.. semoga ke depannya saya semakin kuat dan suami saya semakin sabar.. aamiin

2 komentar:

  1. Teteeeehhh baca tulisan ini saya nangis..
    entahlah, mungkin merasa pernah merasakan juga hal yang teteh alami..
    lebaran kemaren juga nggak pulang teh...

    semangat teeehh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. semangat jadi anak rantauuu..
      tahun ini juga nampaknya saya gak pulang lagi..
      tapi skrg lebih nyaman karena kemaren sudah sowan ke nenek yang sudah sepuh :)

      Hapus