Didedikasikan kepada Ayu Hamidi, yang akan menyempurnakan kebahagiaan masa mudanya, yang jadi bagian dari kesempurnaan masa mudaku juga.
Setelah hampir 4 bulan tidak pulang ke rumah, akhirnya kemarin gw pulang (atau lebih tepatnya mampir karena hanya beberapa jam saja). Sementara di berbagai sudut dunia begitu hiruk pikuk dan bergerak pesat, rumah ternyata tidak banyak berbeda. Ia masih bangunan bisu dengan pintu dan jendela, masih (selalu) membuat malas beranjak meninggalkannya lama-lama, serta masih menjelma seperti museum kecil yang mana ia dan apa-apa di dalamnya menyimpan hal-hal dari masa lalu: kenangan dan benda-benda.
Di kamar, gw melihat dua buah bingkai foto di atas rak yang diselimuti debu. Dua bingkai dan fotonya itu berasal dari masa-masa kos zaman SMA sekitar enam tahun lalu. Setelah lulus SMA dan pindah kosan, mereka gw boyong pindahan. Namun, ketika lulus kuliah dan akhirnya bekerja di Jakarta gw memutuskan untuk menyimpannya di rumah saja beserta benda-benda lainnya yang tak ikut dibawa dengan alasan efisiensi tempat. Setelah dipikir-pikir, mungkin sebenarnya bukan hanya sekadar alasan efisiensi. Mungkin memang di bawah alam sadar ini, ada usaha untuk secara sedikit-sedikit meninggalkan masa lalu. Seperti halnya kita menua, alamiah tak terelakkan.
Sungguh, jika mesti mengingat-ngingat, walaupun susah, gw masih bisa mengingat aroma cologne yang dipakai saat hari-hari pertama masuk SMA. Itulah hari-hari dimana gw yang dari kampung dan culun panik karena tidak bisa menggambar peta Belitung untuk alas duduk, bingung mencari makan malam, dan tertatih-tatih menyesuaikan diri.
Lalu kita berkenalan. dan berteman.
Di dalam bangunan tua. Di kamar sempit dimana kita tidur berdesak-desakan. Di masjid. Di bawah pohon-pohon rindang. Di sepanjang jalan Jawa-kalimantan. Di pertokoan. Di rental komik. Di mana-mana.
Kita bermain, belajar, bercerita, mengaji, menulis puisi, bergosip, bermain. berfoto, menaksir pria, bermain, mengaji, bercerita, menciptakan istilah-istilah aneh, bergosip, menulis kokologi, menaksir pria, bermain,…
Hingga waktu pun berlalu, alamiah tak terelakkan. Sedih. Di dunia yang begitu hiruk pikuk dan sibuk ini kita semakin jarang bertemu. Akan tetapi, seperti rumah, kita mungkin tak pernah benar-benar berbeda. Masih menjadi tempat berteduh yang nyaman, sekaligus museum tempat belajar.
Begitulah.
Kini sangatlah aku merindu. Bukan pada masa lalu. Bukan pada kenangan. Cukuplah hanya pada kalian. Karena kalian yang menciptakan kenangan.
^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar